Kolaborasi Pengabdian Internasional Prodi PBA UIN Mataram dan UPM Malaysia: Sharing Budaya dan Bahasa Antar Negara Jiran

Mataram, 9 September 2024.- Dalam semangat memperkuat hubungan antar bangsa melalui pendidikan dan budaya, Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram mengadakan kolaborasi pengabdian internasional bersama Universiti Putra Malaysia (UPM). Kegiatan ini diselenggarakan dengan tema Sharing Budaya dan Bahasa Antar Negara Jiran. Acara ini menghadirkan para pemateri ahli dari berbagai latar belakang, di antaranya BQ. Widia Nita Kasih, M.Pd, dosen PBA UIN Mataram, Husnina Binti Mohammed Ridzuan, Bachelor in Human Development Science with Information Technology, dan Zahrul Ain, S.Kep., Ners., dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Dukcapil NTB. Acara ini juga dihadiri oleh Dr. Erma Suriani, M.Si dan Syarifuddin, M.Pd., selaku Kaprodi dan Sekrpodi Pendidikan Bahasa Arab UIN Mataram. Kegiatan ini dipandu oleh Aisyah Rahmani, mahasiswa PBA UIN Mataram yang pernah mengikuti Student Mobility ke Malaysia. Aisyah berhasil menciptakan suasana diskusi yang hangat dan interaktif sepanjang acara.

Membangun Kerja Sama Melalui Pendidikan dan Budaya

Kolaborasi ini bertujuan untuk menjalin hubungan baik antara kedua negara tetangga, Indonesia dan Malaysia, melalui pengabdian masyarakat yang difokuskan pada pendidikan, budaya, dan bahasa. Acara ini merupakan salah satu bentuk implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dalam sambutannya, Dr. Erma Suriani, M. Si., Ketua Program Studi PBA UIN Mataram menyatakan, “Kegiatan ini bukan hanya sekadar berbagi ilmu, namun juga memperkuat rasa persaudaraan antar negara. Dengan kolaborasi ini, kami berharap dapat saling belajar dari pengalaman dan budaya masing-masing, sekaligus memperkuat persaudaraan serumpun.”

Pemaparan Para Ahli

Sesi pertama diisi oleh BQ. Widia Nita Kasih, M.Pd, yang memperkenalkan keanekaragaman budaya dan tradisi yang menjadi ciri khas Lombok. Ia menjelaskan beberapa tradisi penting, seperti Bau Nyale, perburuan cacing laut yang diadakan setiap tahun sebagai bagian dari legenda Putri Mandalika. Nyongkolan, sebuah prosesi pengantin khas Lombok yang diiringi oleh musik tradisional sebagai simbol penghormatan kepada keluarga dan masyarakat. Selain itu, ia memperkenalkan Gendang Beleq, alat musik besar yang dimainkan dalam upacara-upacara besar, mencerminkan semangat dan kebersamaan masyarakat.

“Setiap tradisi ini menggambarkan kekayaan budaya Lombok yang harus kita jaga dan lestarikan. Ini bukan hanya warisan, tetapi juga identitas yang memperkuat persatuan masyarakat,” ujar Widia.

Sesi selanjutnya diisi oleh Husnina Binti Mohammed Ridzuan, yang membahas tentang bagaimana teknologi informasi berperan penting dalam melestarikan bahasa dan budaya di era digital. Husnina, yang merupakan lulusan dari Bachelor in Human Development Science with Information Technology, menjelaskan bahwa teknologi saat ini memudahkan kita untuk mendokumentasikan dan menyebarkan informasi mengenai kebudayaan dan bahasa secara global.

“Di era digital ini, keterbatasan fisik bukan lagi penghalang. Kita dapat memanfaatkan teknologi untuk berbagi informasi dan budaya dengan lebih mudah,” tutur Husnina. Ia juga memaparkan beberapa contoh platform digital yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung pelestarian budaya dan bahasa di tengah masyarakat, baik di Indonesia maupun di Malaysia.

Dalam presentasinya, Husnina mengajak peserta untuk lebih sadar akan pentingnya digitalisasi sebagai media pelestarian budaya. Ia juga berharap agar generasi muda semakin aktif menggunakan teknologi untuk mempromosikan dan melestarikan warisan budaya mereka.

Zahrul Ain, S.Kep., Ners., yang mewakili Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Dukcapil NTB, membahas peran masyarakat lokal dalam melestarikan kebudayaan. Dalam pengalamannya bekerja di lapangan, Zahrul menekankan bahwa masyarakat desa memiliki peran kunci dalam menjaga kelestarian budaya. “Desa adalah tempat di mana tradisi dan budaya bertahan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memberdayakan masyarakat desa agar mereka aktif melestarikan warisan budaya,” ungkapnya.

Zahrul juga berbagi tentang berbagai inisiatif pemberdayaan masyarakat yang telah diterapkan di beberapa desa di NTB. Ia mengungkapkan bahwa dengan memberikan akses pendidikan dan teknologi kepada masyarakat, potensi budaya lokal dapat lebih dikenal dan diakui di tingkat nasional maupun internasional.

Diskusi Interaktif dan Antusiasme Peserta

Acara ini menjadi semakin menarik dengan adanya sesi diskusi yang sangat interaktif. Para peserta, yang sebagian besar adalah mahasiswa dan akademisi, antusias memberikan pertanyaan dan berdiskusi langsung dengan para narasumber. Aisyah Rahmani, selaku moderator, dengan cekatan mengatur jalannya diskusi dan memastikan setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi.

Seorang peserta dari UIN Mataram menyatakan bahwa kegiatan ini memberikan wawasan baru, terutama mengenai pentingnya teknologi dalam pengajaran bahasa dan pelestarian budaya. “Saya sangat terinspirasi dengan paparan dari para narasumber, terutama mengenai peran teknologi dalam memperluas akses pendidikan dan budaya,” katanya.

Penutup dan Harapan

Di penghujung acara, seluruh narasumber dan peserta sepakat bahwa kolaborasi semacam ini perlu terus dilanjutkan dan dikembangkan. Kerja sama antar negara melalui pengabdian internasional, terutama dalam bidang pendidikan dan budaya, dianggap sebagai langkah penting untuk membangun persaudaraan yang lebih kuat.

Acara ditutup dengan penyerahan cinderamata oleh Dr. Erma Suriani, M.Si sebagai simbol persahabatan antara UIN Mataram dan UPM Malaysia, disertai foto bersama yang mengabadikan momen berharga dari kegiatan kolaborasi ini. Dengan berakhirnya kegiatan, harapan besar tertuju pada masa depan yang penuh dengan kerja sama lintas negara yang lebih kuat dan produktif.

Kolaborasi ini menjadi bukti nyata bahwa bahasa dan budaya adalah kunci dalam mempererat hubungan antar bangsa, sekaligus sarana untuk melestarikan warisan yang kita miliki bersama.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top